Critical Thinking dalam Pembelajaran: Manfaat dan Implementasinya

Critical Thinking dalam Pembelajaran: Manfaat dan Implementasinya | Hai pembaca setia, selamat datang di dunia critical thinking dalam pembelajaran! Pada era pendidikan modern ini, kita tidak bisa lagi mengabaikan betapa pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi para generasi penerus.

Saya yakin, sebagian besar dari kita sepakat bahwa pembelajaran tidak hanya sebatas menghafal fakta, tetapi juga merambah ke kemampuan memahami, menganalisis, dan menyusun gagasan secara logis.

Critical thinking dalam pembelajaran bukan sekadar istilah keren yang sering kita dengar, tapi menjadi kunci utama dalam membuka pintu dunia pengetahuan yang lebih luas.

Pada artikel ini, mari kita selami bersama tentang apa sebenarnya critical thinking dalam konteks pembelajaran dan bagaimana kemampuan ini dapat memberikan manfaat substansial bagi siswa di era revolusi industri 4.0.

Saat kita membicarakan critical thinking dalam pembelajaran, kita sebenarnya sedang merambah ke dunia di mana siswa tidak hanya menjadi penyerap informasi, tetapi juga pembentuk pemikiran yang kritis dan rasional.

Dalam petualangan ini, kita akan menjelajahi berbagai manfaat yang dapat diperoleh oleh siswa ketika mereka melibatkan diri dalam berpikir kritis, serta bagaimana guru dapat mengimplementasikan strategi-strategi menarik agar proses pembelajaran menjadi lebih mendalam dan bermakna.

Jadi, mari kita mulai perjalanan ini dengan semangat belajar yang tinggi dan keyakinan bahwa critical thinking bukan hanya sebuah keterampilan, melainkan fondasi yang membentuk karakter dan pandangan dunia anak-anak kita di masa depan. Selamat membaca!

Table of Contents

Manfaat Critical Thinking dalam Pembelajaran

Manfaat Critical Thinking dalam Pembelajaran

1. Meningkatkan Hasil Belajar

  • Pemahaman Materi yang Lebih Mendalam: Critical thinking membantu siswa untuk tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga memahami esensi materi secara lebih mendalam.
  • Kemampuan Menganalisis Informasi: Siswa dapat mengidentifikasi dan menganalisis informasi kritis, sehingga meningkatkan kemampuan menyusun argumentasi yang kokoh.

2. Pengembangan Keterampilan Pemecahan Masalah

  • Identifikasi Masalah Secara Efektif: Dengan berpikir kritis, siswa dapat mengidentifikasi permasalahan dengan lebih efektif, menjadi langkah awal dalam menyelesaikan masalah.
  • Alternatif Solusi yang Kreatif: Critical thinking mendorong siswa untuk berpikir di luar kebiasaan dan menciptakan solusi yang kreatif dan inovatif.

3. Meningkatkan Kreativitas

  • Pembukaan Ruang untuk Ide Baru: Siswa yang terampil dalam berpikir kritis cenderung lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan berani mencoba pendekatan yang berbeda dalam pemecahan masalah.
  • Koneksi antar Konsep: Critical thinking memungkinkan siswa untuk membuat hubungan logis antara konsep-konsep yang berbeda, menghasilkan solusi yang lebih kreatif.

4. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

  • Ekspresi Ide dengan Jelas: Berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk menyusun dan menyampaikan ide secara jelas. Ini membantu siswa untuk menjadi komunikator yang lebih efektif.
  • Tanggapan yang Konstruktif: Siswa yang terlatih berpikir kritis dapat memberikan tanggapan yang lebih konstruktif terhadap ide-ide orang lain.

5. Meningkatkan Kepercayaan Diri

  • Pengambilan Keputusan yang Penuh Pertimbangan: Critical thinking memberikan landasan bagi siswa untuk membuat keputusan yang penuh pertimbangan, meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam menghadapi situasi yang kompleks.
  • Pemahaman Diri yang Lebih Mendalam: Siswa belajar mengenali kelebihan dan kelemahan mereka, membantu mereka membangun rasa percaya diri yang sehat.

6. Peningkatan Kemampuan Beradaptasi

  • Menghadapi Ketidakpastian: Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan berpikir kritis memungkinkan siswa untuk lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan ketidakpastian.
  • Fleksibilitas Mental: Siswa belajar untuk menjadi lebih fleksibel dalam berpikir dan mencari solusi di tengah-tengah perubahan dan tantangan.

7. Pembentukan Pembelajar Mandiri

  • Kemandirian dalam Belajar: Critical thinking membantu siswa untuk menjadi pembelajar mandiri, mendorong mereka untuk terus belajar dan mencari pengetahuan tanpa bergantung sepenuhnya pada bimbingan guru.
  • Pengembangan Rasa Inisiatif: Siswa menjadi lebih inisiatif dalam mencari jawaban dan solusi, menggali lebih dalam ke dalam topik pembelajaran tanpa harus selalu bergantung pada petunjuk eksternal.

Dengan memahami manfaat yang melimpah dari critical thinking dalam pembelajaran, kita dapat melihat betapa esensialnya pengembangan keterampilan ini dalam membekali siswa untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.

Setiap langkah pembelajaran yang mengintegrasikan critical thinking menjadi investasi berharga dalam membentuk generasi yang mampu berpikir secara kritis dan konstruktif.

Baca juga: Critical Thinking Adalah: Tujuan, Manfaat, Indikator, Proses dan Cara Meningkatkan

Penerapan Critical Thinking dalam Pembelajaran

Penerapan Critical Thinking dalam Pembelajaran

1. Pertanyaan yang Merangsang Pemikiran Kritis

  • Jenis Pertanyaan yang Mendorong Analisis dan Evaluasi: Saat menyusun pertanyaan, pastikan untuk mengarahkan siswa untuk berpikir lebih dalam. Contoh pertanyaan terbuka yang memerlukan analisis lebih lanjut akan membuka kesempatan untuk pemikiran kritis.
  • Contoh Penggunaan Pertanyaan dalam Kelas: Dalam kelas, guru dapat menggunakan pertanyaan yang memerlukan siswa untuk mempertimbangkan berbagai sudut pandang atau memberikan solusi alternatif. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan mendorong mereka untuk berpikir lebih kritis.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

  • Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah: Menggunakan model pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk menerapkan critical thinking dalam situasi nyata. Mereka diajak untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, dan mengembangkan solusi.
  • Keberhasilan Model Pembelajaran ini dalam Mengembangkan Critical Thinking: Melalui model ini, siswa tidak hanya memahami teori tetapi juga belajar menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah praktis. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang memaksimalkan potensi pengembangan kemampuan berpikir kritis.

3. Diskusi Kelompok untuk Meningkatkan Pemahaman Bersama

  • Peran Diskusi dalam Mengasah Pemikiran Kritis: Diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk bertukar pandangan, menyampaikan argumen, dan mengevaluasi ide-ide satu sama lain. Ini menciptakan peluang untuk penerapan critical thinking.
  • Struktur Diskusi yang Mendorong Pemikiran Kritis: Guru dapat memberikan panduan diskusi yang mendorong siswa untuk tidak hanya menyampaikan pendapat, tetapi juga mengajukan pertanyaan kritis, membuat pembenaran logis, dan merumuskan solusi yang rasional.

4. Model Pembelajaran Proyek sebagai Simulasi Keterampilan Dunia Nyata

  • Menantang Siswa dengan Proyek-Proyek Kreatif: Menggunakan proyek pembelajaran yang mewakili situasi dunia nyata memberikan pengalaman praktis untuk menerapkan critical thinking. Proyek semacam ini menciptakan tantangan yang dapat dipecahkan dengan pemikiran kritis.
  • Implementasi Proyek dalam Konteks Pembelajaran: Guru dapat menetapkan proyek yang melibatkan pemecahan masalah, analisis, dan penyusunan solusi. Siswa akan merasakan proses berpikir kritis secara langsung saat mereka terlibat dalam proyek tersebut.

5. Pemanfaatan Teknologi untuk Simulasi dan Pembelajaran Interaktif

  • Platform E-learning untuk Mendorong Kreativitas dan Pemikiran Kritis: Pemanfaatan platform e-learning dengan sumber daya yang interaktif dapat membantu siswa untuk berlatih berpikir kritis dalam konteks yang menarik. Simulasi virtual dan sumber daya digital lainnya dapat memperkaya pengalaman pembelajaran.
  • Mengintegrasikan Teknologi dalam Pembelajaran Harian: Guru dapat mengintegrasikan teknologi dalam setiap sesi pembelajaran, memastikan bahwa siswa tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga melibatkan diri dalam aktivitas yang mendorong pemikiran kritis.

Dengan mengaplikasikan berbagai metode di atas, pengajaran yang berfokus pada critical thinking dalam pembelajaran dapat menjadi lebih bermakna dan efektif.

Selain itu, hal ini menciptakan lingkungan di mana siswa tidak hanya memahami materi pelajaran tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang akan memandu mereka melalui perjalanan pendidikan dan kehidupan.

Strategi untuk Melatih Critical Thinking pada Anak Sekolah

Strategi untuk Melatih Critical Thinking pada Anak Sekolah

1. Mulailah Dengan Sebuah Pertanyaan

  • Jenis Pertanyaan yang Merangsang Pemikiran Mendalam: Mulailah dengan pertanyaan terbuka yang mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam. Pertanyaan ini seharusnya tidak hanya dapat dijawab dengan ‘ya’ atau ‘tidak’, tetapi memerlukan analisis dan evaluasi.
  • Contoh Pertanyaan yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis: Contoh pertanyaan seperti “Bagaimana dampak pengerusakan lingkungan di beberapa daerah di Indonesia bagi dunia, dan hal apa yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi pengerusakan lingkungan di sekitarmu?” dapat membuka pintu untuk pemikiran kritis yang mendalam.

2. Menciptakan Sumber Referensi

  • Peran Materi Referensi dalam Melatih Berpikir Kritis: Pastikan siswa memiliki akses ke berbagai sumber informasi terkait dengan topik pembelajaran. Ini memungkinkan mereka untuk mengumpulkan fakta dan data yang relevan sebelum merumuskan pendapat atau solusi.
  • Implementasi Sumber Referensi dalam Pembelajaran: Guru dapat memberikan daftar bacaan, video, atau sumber daya digital untuk mendukung topik pembelajaran. Siswa kemudian diarahkan untuk mengeksplorasi sumber-sumber tersebut dan mengintegrasikan informasi dalam pemikiran kritis mereka.

3. Menciptakan Proyek Pendidikan Berbasis Critical Thinking

  • Proyek “Membuat Negara”: Pembelajaran Berbasis Proyek: Menggagas proyek pembelajaran seperti “Membuat Negara” memungkinkan siswa untuk menerapkan pemikiran kritis dalam konteks yang menarik dan bermakna.
  • Langkah-Langkah Pembuatan Proyek dan Penerapannya: Mengidentifikasi tujuan, menetapkan peran, dan menganalisis dampak pilihan kebijakan adalah langkah-langkah konkret yang dapat membangun keterampilan berpikir kritis. Proyek ini juga dapat menciptakan kolaborasi dan diskusi antar siswa.

4. Menggunakan Informasi yang Tepat

  • Belajar Menggali Informasi yang Tepat: Melatih siswa untuk mencari dan menggunakan informasi yang relevan dan akurat adalah langkah kunci. Mereka perlu memahami bagaimana menyaring informasi dan menilai kredibilitasnya.
  • Pencarian Informasi melalui Penelitian: Guru dapat memberikan tugas penelitian yang memerlukan siswa untuk mengeksplorasi berbagai sumber dan memahami cara menyusun informasi yang mereka temukan.

5. Pembelajaran Kolaboratif dalam Kelompok

  • Manfaat Kolaborasi dalam Meningkatkan Pemikiran Kritis: Diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk saling bertukar ide dan melihat suatu topik dari berbagai perspektif. Ini memicu pemikiran kritis dan analisis mendalam.
  • Menerapkan Struktur Diskusi yang Efektif: Guru dapat memberikan panduan diskusi yang mencakup pertanyaan-pertanyaan pemandu dan arahan untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok berkontribusi secara aktif dan mengaktifkan pemikiran kritis.

6. Penggunaan Metode Visual: Bicara dengan Sketsa

  • Membuka Alternatif Ekspresi Ide: Tidak semua siswa mengekspresikan ide mereka dengan baik melalui tulisan. Menggunakan metode visual, seperti gambar atau sketsa, dapat membantu siswa yang sulit menuangkan pemikiran mereka dalam bentuk kata-kata.
  • Mendukung Gaya Belajar yang Berbeda: Dengan mengizinkan siswa untuk menyajikan pemikiran mereka melalui gambar atau diagram, guru dapat mendukung gaya belajar yang berbeda dan merangsang pemikiran kritis melalui media visual.

7. Memberikan Tugas Pemecahan Masalah

  • Menugaskan Masalah Spesifik: Menetapkan tugas-tugas yang memerlukan pemecahan masalah konkret dapat melibatkan siswa dalam proses berpikir kritis.
  • Membuka Kemungkinan Jawaban yang Beragam: Pastikan tugas-tugas tersebut memberikan ruang bagi siswa untuk menemukan solusi dengan berbagai pendekatan. Ini memupuk kreativitas dan pemikiran kritis yang unik.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini secara konsisten, guru dapat membantu membentuk pola pikir kritis pada anak-anak sekolah.

Setiap strategi memiliki tujuan tersendiri untuk memaksimalkan potensi siswa dalam berpikir kritis, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dan memecahkan masalah di dunia nyata.

Studi Kasus: Proyek Pendidikan Berbasis Critical Thinking

Proyek “Masyarakat Ramah Lingkungan” di Sekolah Menengah Atas X

  • Tujuan Proyek dan Konteks Pembelajaran: Proyek ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang dampak lingkungan dan mendorong mereka untuk merancang solusi yang berbasis critical thinking.
  • Langkah-Langkah Implementasi: Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diberi tugas untuk menganalisis dampak pengerusakan lingkungan di wilayah mereka. Setiap kelompok diminta untuk merancang kampanye “Masyarakat Ramah Lingkungan” yang mencakup solusi berbasis pemikiran kritis.

Pembelajaran Kolaboratif melalui Diskusi dan Analisis Data

  • Sesi Diskusi Kelompok untuk Analisis Masalah: Guru memandu siswa dalam sesi diskusi kelompok, memotivasi mereka untuk menyusun pertanyaan kritis dan menganalisis data yang mereka kumpulkan.
  • Pemanfaatan Data Lingkungan Sebagai Landasan: Data lingkungan, seperti tingkat polusi dan statistik sampah, digunakan sebagai landasan diskusi. Siswa diarahkan untuk mengevaluasi dampak tersebut dan merumuskan strategi “Masyarakat Ramah Lingkungan” berdasarkan temuan kritis mereka.

Penerapan Teknologi untuk Simulasi Dampak Lingkungan

  • Memanfaatkan Simulasi Virtual: Siswa diberikan akses ke simulasi virtual untuk memvisualisasikan dampak pengerusakan lingkungan. Ini membantu mereka dalam melihat skenario yang berbeda dan merangsang pertanyaan kritis tentang cara mengurangi dampak negatif.
  • Pembahasan dan Refleksi Berbasis Data: Setelah menggunakan simulasi, siswa berkumpul untuk membahas pengalaman mereka. Guru memandu refleksi berbasis data, membantu siswa menyusun pemikiran kritis mereka tentang solusi yang mungkin.

Pembuatan Kampanye “Masyarakat Ramah Lingkungan”

  • Menggunakan Pemikiran Kritis dalam Merancang Kampanye: Siswa diminta untuk merancang kampanye “Masyarakat Ramah Lingkungan” yang melibatkan berbagai elemen kreatif dan strategi komunikasi yang direncanakan secara cermat.
  • Presentasi dan Pertanyaan Kritis dari Kelas: Setelah menyelesaikan kampanye, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya. Kelas diberikan waktu untuk memberikan pertanyaan kritis dan masukan, menciptakan lingkungan diskusi yang mempromosikan pemikiran kritis.

Evaluasi Hasil dan Pembelajaran Jangka Panjang

  • Pendekatan Formatif untuk Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis: Guru menggunakan pendekatan formatif dalam mengevaluasi proyek, memberikan umpan balik terus-menerus untuk membimbing pengembangan kemampuan berpikir kritis.
  • Pembelajaran Jangka Panjang: Siswa mengambil pembelajaran ini ke depan dengan lebih memahami dampak keputusan mereka terhadap lingkungan. Ini menciptakan pemahaman jangka panjang tentang pentingnya berpikir kritis dalam merumuskan solusi berkelanjutan.

Melalui studi kasus ini, kita dapat melihat bagaimana proyek berbasis critical thinking di sekolah dapat menjadi sarana efektif untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Dari identifikasi masalah hingga presentasi solusi, proyek ini menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan memberikan bukti nyata tentang manfaat positif dari penerapan critical thinking dalam pembelajaran.

Tantangan dalam Melatih Critical Thinking dan Cara Mengatasinya

Tantangan dalam Melatih Critical Thinking dan Cara Mengatasinya

Keterbatasan Waktu dalam Kurikulum Sekolah

Tantangan: Batasan Waktu Pembelajaran

Keterbatasan waktu dalam kurikulum sering menjadi tantangan utama. Guru sering merasa terbatas untuk menyelipkan kegiatan atau proyek yang memerlukan pemikiran kritis dalam jadwal pembelajaran yang ketat.

Cara Mengatasi: Integrasi Tema Cross-Curricular

Guru dapat mengatasi keterbatasan waktu dengan mengintegrasikan elemen pemikiran kritis ke dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya, siswa dapat menerapkan pemikiran kritis saat memecahkan masalah matematika atau menganalisis teks sastra.

Tantangan dalam Menilai Pemikiran Kritis

Tantangan: Menilai Pemikiran yang Abstrak

Menilai kemampuan berpikir kritis yang seringkali abstrak dan tidak terukur dengan jelas dapat menjadi sulit. Beberapa guru mungkin merasa kesulitan dalam mengukur kemajuan siswa dalam hal ini.

Cara Mengatasi: Rubrik Evaluasi Berbasis Kriteria

Penggunaan rubrik evaluasi yang jelas dan berbasis kriteria dapat membantu mengukur kemajuan siswa dalam berpikir kritis. Rubrik ini harus mencakup indikator-indikator konkret, seperti kemampuan menganalisis, menyusun argumen, dan menciptakan solusi.

Minimnya Sumber Daya untuk Proyek Berbasis Critical Thinking

Tantangan: Keterbatasan Sumber Daya Sekolah

Tidak semua sekolah memiliki akses terhadap sumber daya yang diperlukan untuk proyek berbasis critical thinking, seperti teknologi atau materi referensi yang memadai.

Cara Mengatasi: Penggunaan Sumber Daya Alternatif dan Kolaborasi

Guru dapat mencari sumber daya alternatif, seperti memanfaatkan perpustakaan lokal atau mengajak ahli dari luar sekolah untuk berkolaborasi. Ini dapat membantu menciptakan pengalaman pembelajaran yang kaya meskipun dengan sumber daya terbatas.

Resistensi dari Siswa atau Guru Terhadap Perubahan Metode Pengajaran

Tantangan: Resistensi terhadap Perubahan

Beberapa siswa atau bahkan guru mungkin resisten terhadap perubahan dalam metode pengajaran. Mereka mungkin lebih nyaman dengan pendekatan tradisional.

Cara Mengatasi: Sosialisasi dan Pendidikan tentang Manfaatnya

Penting untuk mensosialisasikan manfaat dari pendekatan berbasis critical thinking. Guru dapat menyelenggarakan sesi pendidikan untuk siswa dan staf tentang bagaimana pemikiran kritis dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan berpikir mereka.

Tantangan dalam Membangun Kemandirian Siswa

Tantangan: Ketergantungan pada Bimbingan Guru

Siswa mungkin terbiasa bergantung pada bimbingan langsung dari guru dan merasa kesulitan untuk menjadi mandiri dalam berpikir kritis.

Cara Mengatasi: Gradual Release of Responsibility

Penerapan prinsip gradual release of responsibility dapat membantu siswa berpikir kritis secara mandiri. Guru dapat memberikan bimbingan intensif pada awalnya dan secara bertahap memberikan tanggung jawab lebih besar kepada siswa.

Kesulitan dalam Mengatasi Perbedaan Gaya Belajar

Tantangan: Perbedaan Gaya Belajar Siswa

Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, dan beberapa mungkin merasa kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran kritis mereka melalui tulisan atau presentasi lisan.

Cara Mengatasi: Diferensiasi Instruksi dan Penilaian

Guru dapat menerapkan strategi diferensiasi instruksi dan penilaian untuk mengakomodasi perbedaan gaya belajar. Memberikan opsi untuk mengekspresikan pemikiran kritis melalui berbagai bentuk, seperti tulisan, gambar, atau peran, dapat membantu siswa merasa lebih nyaman.

Dengan mengidentifikasi dan mengatasi tantangan-tantangan ini, guru dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran berbasis critical thinking dalam kelas.

Melalui pendekatan yang fleksibel dan responsif, pemikiran kritis dapat menjadi keterampilan yang terintegrasi dengan baik dalam lingkungan pembelajaran.

Kesimpulan

Dalam mengintegrasikan critical thinking dalam pembelajaran, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis memegang peranan kunci dalam membekali generasi muda menghadapi tantangan di era modern.

Artikel ini telah menjelaskan manfaat dan implementasi critical thinking dalam konteks pendidikan, serta memberikan panduan praktis untuk melatih dan mengembangkan keterampilan ini pada siswa.

Pentingnya critical thinking tidak hanya terletak pada peningkatan hasil belajar, tetapi juga pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah, kreativitas, dan kemandirian siswa.

Dengan mengajarkan siswa untuk berpikir jernih, menganalisis informasi, dan mengambil keputusan secara rasional, kita membantu mereka menjadi pembelajar yang mandiri dan siap menghadapi tantangan kompleks di masa depan.

Namun, terdapat beberapa tantangan dalam mengimplementasikan critical thinking, seperti keterbatasan waktu, kesulitan dalam penilaian, dan resistensi terhadap perubahan.

Mengatasi tantangan ini memerlukan kerja sama antara guru, siswa, dan pihak terkait lainnya. Penerapan strategi seperti integrasi tematik, penggunaan rubrik evaluasi, dan sosialisasi manfaat critical thinking dapat menjadi langkah-langkah konkret.

Dalam mengakhiri artikel ini, penting untuk diingat bahwa critical thinking bukan hanya sekadar keterampilan akademis, tetapi juga pondasi untuk pengembangan karakter dan kepemimpinan.

Dengan membekali generasi mendatang dengan kemampuan berpikir kritis, kita turut berkontribusi pada pembentukan individu yang tangguh dan siap menghadapi dinamika dunia yang terus berkembang.

Sekian artikel berjudul Critical Thinking dalam Pembelajaran: Manfaat dan Implementasinya, semoga bermanfaat.

Loker Pintar tidak pernah meminta kompensasi atau biaya apa pun untuk perekrutan di situs ini, jika ada pihak atas nama kami atau perusahaan yang meminta biaya seperti transportasi atau akomodasi atau apa pun dipastikan itu PALSU.
error: Content is protected !!