Manajemen Sekolah Adalah: Pengertian, Fungsi dan Tujuan
Manajemen Sekolah Adalah: Pengertian, Fungsi dan Tujuan | Apa makna yang muncul di benak kita ketika meninjau manajemen sekolah? Mungkin sebagian dari Anda juga memikirkan hal yang sama.
Tolong samakan pemahaman kita tentang pentingnya manajemen sekolah dalam artikel ini agar kita membuat pemikiran yang sama. Ayo kita artikan kata itu dengan sederhana.
Manajemen sekolah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengurus semua proses administrasi di dalam sekolah sebagai suatu organisasi yang utuh. Manajemen sekolah itu sendiri memiliki dua faktor, yaitu:
- Manajemen eksternal, yang meliputi hubungan antara sekolah dengan kelompok masyarakat di luar sekolah, misalnya warga sekitar, warga dan pimpinan daerah, hingga instansi yang terkait dengan fungsi sekolah.
- Manajemen internal yang meliputi segala sesuatu yang ada di sekolah mulai dari sarana prasarana seperti gedung sekolah, ruang kelas, sumber daya manusia di sekolah sebagai organisasi seperti guru, direktur, staf, siswa dan pihak lain yang berperan dalam membantu perkembangan sekolah.
Akan lebih baik jika membaca penjelasan mengenai pengertian manajemen di Manajemen Adalah: Pengertian Ahli, Ruang Lingkup, Tujuan, Fungsi, dan Jenis
Table of Contents
A. Pengertian Manajemen Sekolah
Apa itu manajemen sekolah? Manajemen Sekolah sebagai terjemahan dari School Management adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk merancang kembali pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada Kepala Sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup guru, siswa, kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
Manajemen Sekolah merubah sistem pengambilan keputusan dan manajemen ke setiap pihak yang berkepentingan di tingkat lokal (local stakeholders).
Pakar menyatakan, Manajemen Sekolah Adalah suatu bentuk upaya pemberdayaan sekolah dan lingkungannya untuk mewujudkan sekolah yang mandiri dan efektif melalui optimalisasi peran dan fungsi sekolah sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan bersama.
Diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran, dengan mendayagunakan segala sumber yang ada dilingkungan sekolah.
Manajemen Sekolah adalah penataan sistem pendidikan yang memberikan keleluasaan penuh kepada kepala sekolah, atas kesiapan seluruh staf sekolah, untuk memanfaatkan semua sumber dan fasilitas belajar yang ada untuk menyelenggarakan pendidikan bagi siswa serta memiliki akuntabilitas atas segala tindakan tersebut.
Manajemen sekolah dapat difinisikan sebagai suatu proses kerja komunitas sekolah dengan cara menerapkan kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, partisipasi,dan sustainabilitas untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu.
Pengertian Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah pada dasarnya merupakan kelanjutan dan implementasi dari Manajemen Sekolah yang didefinisikan oleh para ahli pendidikan, sebagaimana dinyatakan:
School management can be viewed conceptually as formal alteration of governance structures, as a form of decentralization that identifies the individual school as the primary unit of improvement and relies on the redistribution of decision-making authority as the primary means through which improvement might be stimulated and sustained
Dengan mengalihkan wewenang dalam keputusan dari pemerintahan tingkat pusat (Departemen)/Dinas Pendidikan (Provinsi/Kabupaten/kota) ke tingkat sekolah, diharapkan sekolah akan lebih mandiri.
Manajemen sekolah juga relevan dengan Manajemen Pendidikan Adalah: Pengertian, Fungsi dan Tujuan
B. Tujuan Manajemen Sekolah
Menurut Supriono Subakir tujuan Manajemen Sekolah adalah untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan meningkatkan relevansi pendidikan di sekolah, dengan adanya wewenang yang lebih besar dan lebih luas bagisekolah untuk mengelola urusannya sendiri.
Adapun menurut E. Mulyasa, tujuan Manajemen Sekolah adalah:
- Peningkatan efisiensi, antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.
- Peningkatan mutu, antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
- Peningkatan pemerataan, antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
Manajemen Sekolah bertujuan untuk memberdayakan sekolah melalui pemberian otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif.
Secara rinci, Tujuan Manajemen Sekolah menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah :
- Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
- Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
- Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu sekolah.
- Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai
Pakar ilmu pendidikan menyatakan: Manajemen Sekolah bertujuan untuk memberdayakan sekolah, terutama sumberdaya manusianya, seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya.
Pemberdayaan sumberdaya manusia ini melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan pemberian tanggung jawab untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan.
C. Fungsi Manajemen Sekolah
Manajemen Sekolah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab.
Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi Manajemen Sekolah sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebihmeningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas.
Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah.
Dengan diberikannya kesempatan kepada sekolah untuk menyusun kurikulum, guru didorong untuk berinovasi, dengan melakukan eksperimentasi-eksperimentasi di lingkungan sekolahnya.
Fungsi manajemen sekolah adalah untuk mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
Melalui penyusunan kurikulum elektif, rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuaidengan tuntutan peserta didik dan masyarakat sekolah.
Manajemen Sekolah menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak, seperti pada sekolah-sekolah swasta, sehingga menjamin partisipasi staf, orang tua,peserta didik, dan masyarakat yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan.
Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah.
Selanjutnya, aspek-aspek tersebut pada akhirnya akan mendukung efektivitas dalam pencapaian tujuan sekolah.
Adanya kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah, pengelolaan sekolah menjadi lebih akuntabel, transparan, egaliter dan demokratis, serta menghapuskan monopoli dalam pendidikan
Baca juga: 5 Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli
D. Prinsip-Prinsip Manajemen Sekolah
Teori yang digunakan Manajemen Sekolah untuk mengelola sekolah didasarkan pada empat prinsip, yaitu prinsip ekuifinalitas, prinsip desentralisasi,prinsip sistem pengelolaan mandiri, dan prinsip inisiatif sumber daya manusia.
1. Prinsip Ekuifinalitas (Principle of Equifinality)
Prinsip ini didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda-beda untuk mencapai suatu tujuan.
Manajemen Sekolah menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah menurut kondisi mereka masing-masing.
2. Prinsip Desentralisasi (Principle of Decentralization)
Desentralisasi adalah gejala yang penting dalam reformasi manajemen sekolah modern. Prinsip desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas.
Prinsip desentralisasi dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran tak dapat dielakkan darikesulitan dan permasalahan.
Pendidikan adalah masalah yang rumit dankompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam pelaksanaannya.
3. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Principle of Self-Managing System)
Prinsip ini terkait dengan prinsip sebelumnya, yaitu prinsip ekuifinalitas danprinsip desentralisasi.
Ketika sekolah menghadapi permasalahan maka harus diselesaikan dengan caranya sendiri.
Sekolah dapat menyelesaikan masalahnya bila telah terjadi pelimpahan wewenang dari birokrasi di atasnya ke tingkat sekolah.
4. Prinsip Inisiatif Manusia (Principle of Human Initiative)
Berdasarkan perspektif ini maka Manajemen Sekolah bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan mengembangkan potensinya.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan dapat diukur dari perkembangan aspek sumber dayamanusianya.
Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang statis, melainkan dinamis.
Menurut Husaini Usman, Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan Manajemen Sekolah antara lain sebagai berikut:
- Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah harus mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga sekolah untuk ber Manajemen Sekolah.
- Kesiapan, semua warga sekolah harus siap fisik dan mental untuk berManajemen Sekolah.
- Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam mendidik anak.
- Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif.
- Keputusan, segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak yang benar-benar mengerti tentang pendidikan.
- Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum.
- Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana.
- Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan stakeholders sekolah.
E. Persyaratan Eksistensial Manajemen Sekolah
Perubahan pola manajemen dari pendekatan sentralisasi ke desentralisasi bukan urusan struktural semata, melainkan yang lebih utama adalah berkaitan dengan masalah mental aparat pelaksana.
Mengubah struktur adalah perbuatan mudah, karenastruktur organisasi itu statis sifatnya.
Suatu hal yang mudah pula bagi pakar danpraktisi untuk membuat uraian tugas bagi orang-orang yang akan duduk pada masing-masing struktur organisasi.
Uraian tugas atau deskripsi pekerjaan itu merupakanacuan utama bagi pengemban tugas pada unit struktur untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Suatu realitas bahwa struktur dan mekanisme kerja keorganisasian akan berubah sejalan dengan kebijakan desentralisasi.
Persoalannya terletak pada sejauh mana perubahan pola manajemen itu mampu mengubah sikap mental aparat pelaksana atau birokrat pendidikan.
Apa yang direformasi bukan semata-mata strukturnya, melainkan yang lebih penting adalah dimensi mental pelakunya.
Tugas-tugas reformatif apa yang perlu dilakukan pada tingkat struktural dan sekolah menuju otonomi manajemen sekolah?
Jawaban atas pertanyaan ini merupakan persyaratan eksistensial implementasi Manajemen Sekolah.
Merujuk pada pendapat David dalam Sythesis of Research on School Management, hal itu akan tercipta ketika terjadi pergeseran pada tingkat struktural dalam beberapa hal.
- Membangun aliansi yang kuat dengan persatuan guru, persatuan guru (di Indonesia adalah Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI) harus menjadi organisasi yang kuat.
- Mendelegasikan kekuasaan dan kewenangan kepada sekolah untuk mendefinisikan tugas-tugas baru, memilih staf, dan mengkreasi lingkungan belajar.
- Mendorong terciptanya otonomi dalam pembuatan keputusan sekolah. Sekolah menjadi sentral kegiatan administratif dan akademik kependidikan dan pembelajaran.
- Mengkomunikasikan tujuan, menentukan patok sasaran, dan mendistribusikaninformasi secara akurat. Tujuan dan sasaran sekolah harus dikomunikasikan dengan baik kepada komunitas sekolah dan masyarakat.
- Menciptakan komunikasi yang dinamis antara staf sekolah dan pejabat kependidikan. Otonomi Sekolah tidak mereduksi intensitas hubungan kepala sekolah dan guru dengan unit instansi di atasnya.
- Memberi peluang kepada sekolah untuk “Bereksperimen” dan membuat keputusan beresiko”. Komunitas sekolah harus tampil dengan sifat dan sikap kewirausahaan untuk membangun program baru yang sesuai dengan tujuan, program, potensi,harapan, dan dinamika yang berkembang di masyarakat dan di dunia luar.
- Memodifikasi keputusan pejabat struktural pendidikan. Komunitas sekolah, terutama kepala sekolah dan guru bukanlah tukang yang hanya mampu merajut program atas dasar juklak dan juknis pejabat di atasnya. Kondisi geografis, ekonomi, kemampuan guru, dan potensi sekolah harus menjadi acuan dasar kerja mereka. Upaya memodifikasi kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh instansi di atasnya adalah sebuah kewajaran untuk menghindari frustasi atau mengimplementasikan harapan-harapan baru padakalangan komunitas sekolah.
- Memotivasi kepala sekolah untuk melibatkan guru-guru dalam aneka pembuatan keputusan. Upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen partisipatif, dimana semua komunitas sekolah dilibatkan dalam proses pembuatan dan implementasi keputusan sesuai dengan tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan kemampuannya.
- Mengembangakan kaidah akuntabilitas bagi staf sekolah. Staf sekolah adalah insan dewasa yang harus berperilaku secara akuntabel atassegala perbuatan dan tindakan riil yang dilakukannya.
- Memberikan peluang luas bagi kepala sekolah dan staf untuk mengembangkan kemampuan dan keahlian profesionalnya. Modifikasi perilaku dan kemauan untuk tumbuh dan berkembang secara profesional idealnya mengintegral pada pribadi kepala sekolah dan guru.
- Memberi peluang kepada kepala sekolah dan staf untuk membuat aturan baru dan mempertanggungjawabkannya. Baik atas kebijakan intern (kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa) maupun bersama-sama Komite Sekolah, pihak sekolah dapat membuat aturan-aturan yang lebih maju dibandingkan dengan aturan manajemen pendidikan yang telah digariskan.
- Mengembangkan kaidah-kaidah dimana kantor pusat hanya berkedudukan sebagai fasilitator dan koordinator pembaruan sekolah, bukan sebatas mengomando dan menyampaikan instruksi yang rigid.
- Menggunakan pendekatan prestasi, misalnya dalam bidang penggajian. Pendekatan prestasi ini merupakan instrument agar guru dan kepala sekolah tampil bermutu dan unggul dalam berprestasi.
F. Karakteristik Manajemen Sekolah
Di Amerika Serikat, karakteristik baru ditemukan pada era reformasi pendidikan “generasi keempat”.
Menurut Bailey yang dikutip oleh Sudarwan Danim, berdasarkan gerakan reformasi “generasi keempat” ini tersimpullah kerakateristik ideal manajemen berbasis sekolah dan karakteristik ideal sekolah untuk abad ke-21 (school for the twenty-first characteristics), seperti berikut ini.
1. Adanya Keragaman dalam Pola Pengajian Guru
Istilah populernya adalah pendekatan prestasi (Merit System) dalam halpengajian dan pemberian aneka bentuk kesejahteraan material lainnya.
2. Otonomi Manajemen Sekolah
Sekolah menjadi sentral utama manajemen pada tingkat strategis dan operasional dalam kerangka penyelenggaraan program pendidikan dan pembelajaran.
3. Pemberdayaan Guru secara Optimal
Dikarenakan sekolah harus berkompetisi membangun mutu dan membentuk citra di masyarakat guru-guru harus diberdayakan dan memberdayakan diri secara optimal bagi terselenggaranya proses pembelajaran yang bermakna.
4. Pengelolaan Sekolah secara Partisipatif
Kepala sekolah harus mampu bekerja dengan dan melalui seluruh komunitas sekolah agar masing-masing dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi secara baik dan terjadi transparansi pengelolaan sekolah.
5. Sistem yang Didesentralisasikan
Dibidang penganggaran misalnya, pelaksanaan Manajemen Sekolah mendorong sekolah-sekolah siap berkompetisi untuk mendapatkan dana dari masyarakat atau dari pemerintah secara kompetitif (block grant) dan mengelola dana itu dengan baik.
6. Sekolah dengan Pilihan atau Otonomi Sekolah dalam Menentukan Aneka Pilihan.
Program akademik dan non akademik dapat dikreasi oleh sekolah sesuai dengan kapasitasnya dan sesuai pula dengan kebutuhan masyarakat lokal, nasional, atau global.
7. Hubungan Kemitraan (Partnership)
Hubungan Kemitraan (Partnership) antara Dunia Bisnis dan Dunia Pendidikan Hubungan kemitraan itu dapat dilakukan secara langsung atau melalui Komite Sekolah.
8. Akses Terbuka bagi Sekolah untuk Tumbuh Relatif Mandiri
Perluasan kewenangan yang diberikan kepada sekolah memberi ruang gerak baginya untuk membuat keputusan inovatif dan mengkreasi program demi peningkatan mutu sekolah.
9. “Pemasaran” Sekolah secara Kompetitif
Tugas pokok dan fungsi sekolah adalah menawarkan produk unggulan atau jasa.
Karakteristik sekolah yang melaksanakan Manajemen Sekolah di antaranya :
- Proses pembelajaran yang efektivitasnya tinggi
- Kepemimpinan sekolah kuat
- Lingkungan sekolah aman dan tertib
- Pengelolaan tenaga kependidikan efektif
- Memiliki budaya mutu
- Memiliki tim kerja yang kompak, cerdas, dan dinamis
- Memiliki kewenangan (kemandirian)
- Partisipasi tinggi dari warga sekolah dan masyarakat
- Memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen
- Memiliki kemauan untuk berubah
- Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
- Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
- Memiliki komunikasi yang baik
- Memiliki akuntabilitas
- Memiliki kemampuan menjaga keberlanjutan
Berikut adalah video penjelasan mengenai pengertian manajemen sekolah lebih lengkap
Sekian artikel berjudul Manajemen Sekolah Adalah: Pengertian, Fungsi dan Tujuan, semoga bermanfaat.
Referensi:
- Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah: Buku I Konsep danpelaksanaan MPMBS, (Jakarta: Depdiknas, 2001), h. 5
- Didik Prangbakat, Meningkatkan Mutu Pengelolaan Sekolah Dasar Melalui ManajemenBerbasis Sekolah (School Based Management), (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2001), h. 3
- E. Mulyasa, Loc.cit
- E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 258
- Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), h. 8
- Mohrman, SA, Wohlstetter, P & Assiciates, School-Based Management: Organizing forHigh Performance, (San Francisco: Jossey-Bass Publisher, 1994), h. 56
- Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah, (Bandung:C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2004), Cet. Ke-1, h. 112
- Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Grasindo, 2005), Cet. Ke-2, h. 21
- Slamet, Ph., “Manajemen Berbasis Sekolah”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor:027
- Sudarwan Danim, Op.cit., h. 35
- Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 345
- Suharsini Arikunto, Manajemen Berbasis Sekolah: Bentuk Inovasi Mutakhir Dalam Penyelenggaraan Sekolah”, dalam: Jurnal Dinamika Pendidikan, Majalah Ilmu Pendidikan, No. I Tahun VI/1999, Februari, h.124
- Supriono Subakir dan Achmad Sapari, Manajemen Berbasis Sekolah, (Surabaya: SIC,2001), h. 57